Tuesday, April 19, 2011

(Toponimi) Nama itu "Indonesia"

(Toponimi) Nama itu "Indonesia"
Di sela-sela membaca mengenai perubahan iklim, perubahan penutup lahan/penggunaan lahan, nama-nama wilayah di Bumi. Terfokuslah pada nama wilayah dimana penulis bertempat tinggal dan berkebangsaan yakni Indonesia.

Fenomena global seperti perubahan iklim hingga perubahan regional atau lokal seperti perubahan penutup lahan/penggunaan lahan dan pemekaran wilayah yang berkaitan pula dengan pembakuan nama-nama rupabumi, itulah fenomena kebumian yang sedang dipelajari oleh penulis dan merupakan hal-hal yang mesti diperhatikannya. Berbicara itu semua tidaklah berkaitan dengan judul yang diangkat apabila melihatnya secara langsung, tetapi fenomena kebumian yang sedang dipelajari tersebut merupakan rangkaian informasi ataupun data geospasial yang sedang dikumpulkan dalam berbagai aspek kajian yang berlokasi di suatu wilayah yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke (kurang lebih demikian yang didapat sewaktu kita belajar di sekolah dasar).

Indonesia, itulah namanya. Tulisan ini diangkat sebagai bagian dari hasil membaca sebuah tulisan berjudul "Asal Usul Nama Indonesia" tulisan oleh Irfan Anshory dalam Buletin Toponimi.

Siapa sangka, Indonesia memiliki beraneka ragam nama sebelum akhirnya dikenal sebagai bangsa Indonesia dan diakui oleh dunia. Tentunya yang menyangka itu ialah rekan-rekan yang mempelajari "Indonesia" dari segi bahasa, budaya ataupun aspek lainnya. Tapi sangat disayangkan penulis, baru menyadari arti pentingnya sebuah nama ketika mengenal topo dan onima.

Kawasan kepulauan Indonesia dalam catatan bangsa Tionghoa dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan), catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), bangsa Arab menyebutnya Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Lalu pada masa kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Persia, Arab, India dan China; mereka menyebut daerah yang terbentang luas antara China dan Persia semuanya adalah "Hindia". Tanah air kita (Indonesia) mendapat sebutan nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales).

Tatkala terjajah oleh Belanda, nama resminya ialah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan saat dijajah Jepang memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Multatuli atau Eduard Douwes Dekker (1820-1887) mengusulkan nama spesifik yaitu Insulinde yang berarti "Kepulauan Hindia" (bahasa latin insula berarti pulau), tapi sayangnya kurang populer. Kala itu tahun 1920an, Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli) memopulerkan nama "Nusantara", suatu istilah yang telah berabad-abad tenggelam. Diambilnya nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit.

Nama Indonesia

Singkat cerita, dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) Volume IV, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Di awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan kita, dipungutlah kata yang dibuang oleh Earl (Indunesia) dan mengganti huruf u dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Pertama kali "Indonesia" tercetak dan muncul di dunia ialah pada halaman 254 dalam tulisan Logan.

Putra bangsa ini yang pertama kali menggunakan istilah "Indonesia" adalah Ki Hajar Dewantara dimana kala itu beliau dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 dan mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Berlanjut pada dasawarsa 1920-an, nama itu yakni "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" memiliki makna politis sebagai identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaannya.

Banyak organisasi hingga partai politik merubah namanya dengan tambahan "Indonesia", hingga akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928 (peristiwa Sumpah Pemuda) nama itu, Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita. Atas kehendak Allah, jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Tanggal 17 Agustus 1945, Atas berkat rahmat Allah, lahirlah Republik Indonesia.

-usai-

Ingin membaca lebih lengkap, silahkan akses Buletin Toponimi Volume I, No. 1, Februari 2010.


Salam,

Aji Putra Perdana
*sedang belajar apa itu informasi yang berbau ruang dan waktu*