Thursday, April 8, 2010

Menulislah...

Menulislah...
Tulisan kali ini ialah upaya membangkitkan semangat sang penulis untuk mulai lagi menulis di blog ini.
Sebelumnya sekali lagi sang penulis ucapkan terima kasih atas respon dari teman-teman di Malaysia atas ketertarikannya dalam membaca ataupun informasi yang dapat digali dari kesederhanaan yang ada. For your information you may contact me in my email (as you can see in this blog-at the leftside).
"Menulislah", demikian ucap thole pada sang penulis yang telah lama terlena dalam dunia "muka buku" sehingga sehari-harinya ia tuliskan via "muka buku"tersebut. Keinginan untuk bisa menulis kembali pun terus menghantui hari demi hari yang dilalui sang penulis. Hingga akhirnya di hari ini setelah menempuh ujian "conclict management" dan sebelum menuju ke sebuah "pemodelan", sang penulis menyempatkan dirinya untuk menulis dengan bahan ala kadarnya yang ada di benak pikirannya dan hasrat hati yang hendak dia sampaikan.
Awalnya terlihat bahwa sang penulis hendak berbagi mengenai pelajaran yang bisa dipetik dari aktivitasnya ketika membantu kegiatan sosial kemasyarakatan dalam konteks "men-spasial masyarakat atau memasyarakatkan spasial". Tema yang awalnya hendak diangkat dalam penulisan blog-nya kali ini ialah "Lesson learned from Mapping the Cities". Sebuah tema yang mencoba berbagi bagaimana suka duka, susahnya memulai, susahnya mengenalkan, susahnya mengutarakan dan tidak lagi mengesampingkan bahwa ada "kebutuhan akan informasi spasial dan non spasial" untuk diintegrasikan dan dibahasakan ke masyarakat oleh pihak pemerintah, lembaga sosial/kemasyarakatan baik LSM, NGO, iNGO, CSR (Corporate Social Responsibility) dari Perusahaan-Perusahaan Besar, dan lain sebagainya dimana mereka adalah aktor spasial sharing.
Thole kembali teringat akan sebuah imel dari seorang kawan dari negeri adidaya USA, dimana dia meminta data spasial salah satu Kota di Indonesia dan menawarkan barter dengan data spasial dari salah satu Kota pula dari USA. Data spasial dari Kota di Indonesia belum semua mencapai ke level RW/RT (Rukun Warga/Rukun Tetangga) ditambah lagi budaya latah bangsa ini sehingga ketika dikoarkannya otonomi maka pemekaran wilayah pun tidak hanya terjadi di level kabupaten namun melanda pula hingga level RW/RT.
Tentunya banyak faktor yang menyebabkan sangat susahnya pemetaan detil dilakukan untuk Kota-kota di Indonesia, demikian ungkap si fulan pada thole. Oleh karena itu, penyelesaian dari permasalahan "pemetaan detil kota hingga level RW/RT" ialah bukan dengan TOP-DOWN, celetuk cakep pada thole. Dibutuhkan suatu pendekatan "BOTTOM UP" dan jawabannya ialah community mapping, pemetaan partisipatif dengan mengajak masyarakat dan pihak terkait agar supaya hasil yang diperoleh dapat dilegalkan dan cakep yakin hal ini dapat bahkan akan sangat membantu dalam musyawarah perencanaan pembangunan dari tingkat desa hingga ke level yang lebih tinggi.
Mulai dari hal kecil itulah ajakan cakep pada orang-orang sekitarnya, dengan mengajak masyarakat mengenal lingkungan sekitarnya ialah upaya untuk membangkitkan kepedulian lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang kian hari kian merosot dan melangkakan dirinya. Jangan sampai anak cucu kita bertanya kelak : "Apa yang sebenarnya difikirkan oleh nenek moyang kita dulu?" demikian yang bisa cakep peroleh dari melihat film Al Gore mengenai Climate Crisis atau lebih terkenal dengan Global Warming alias pemanasan global.
Hal yang unik menyambung cerita cakep, cegat thole seketika ialah aktivitas sang penulis ketika membantu salah satu LSM dalam memetakan Global Warming ala pemetaan hingga level RT berbasis informasi aktual dan faktual atau kondisi existing dari masyarakat. Hasil mapping tersebut ditandingkan dengan informasi global yang telah dikumpulkan oleh salah satu perguruan tinggi di Indonesia.
Walhasil, think simplicity...berfikir yang sederhana untuk memecahkan problematika yang luar biasa. Menyuplik tulisan di atas "mulai dari hal kecil", memetakan mulai dari jumlah KK dan anggota Keluarga di tiap RT dalam suatu Kecamatan bahkan hingga Kota/Kabupaten, kemudian mengumpulkan informasi sosial ekonomi kemasyarakatan untuk melihat sejauh mana dampak global warming di tingkat lokal dan bagaimana sesungguhnya langkah-langkah bijak atau local wisdom yang ada di tingkat masyarakat nan membudaya terkait menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
Harmonisasi peradaban manusia dan bumi sangatlah perlu, kurang lebih demikian yang diungkapkan dalam "manajemen konflik" manusia vs natural resources. Menurut M. Baiquni dan R. Rijanta, 2007 dalam tulisannya mengenai Konflik Pengelolaan Lingkungan dan Sumberdaya di Jurnal Lingkungan Hidup dan barusan tadi menjadi soal ujian "manajemen konflik" :). Ada 4 teori yang diungkapkan untuk memahami kondisi empirik konflik sumberdaya alam dan lingkungan yang terjadi di Indonesia yakni teori ketamakan, NIMBY (Not In My Back Yard) syndrome, teori mengail di air keruh (profit taking), teori kemerosotan dan kelangkaan. Untuk lebih detilnya sila baca atau googling terkait artikel tersebut.
Oleh karena itu, pemetaan detil hingga level RW/RT untuk Kota-kota ataupun wilayah-wilayah yang ada dengan melibatkan partisipasi publik/masyarakat merupakan salah satu tools atau alat untuk komunikasi, inventarisasi, analisis maupun visualisasi atau presentasi data sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.
Komunikasi tanpa informasi bukanlah komunikasi, informasi disampaikan secara visual dalam sebuah komunikasi memudahkan masyarakat lebih memahami. Sederhananya ialah thole hendak menyampaikan bahwa peta sebagai output dari sebuah sistem informasi geografis dapat menjadi tools / alat dalam komunikasi (kalau hendak berpusing ria, silahkan pelajari lagi Kartografi : ilmu tentang pemetaan, Representasi Data, SIG, Geospasial Information dll). Contoh aplikasi nyata yang sudah dilakukan ialah penggunaan peta tematik kondisi sosial, ekonomi, kesehatan (hingga level RW/RT) untuk musrenbang di satu Kota di Indonesia. Hal ini didukung oleh kesamaan pemahaman yang terbangun dari pemerintah kota, masyarakat dan lsm.
Sekiranya cukup sekian, terkait beberapa pertanyaan mengenai MODIS, Kloforil silahkan di-explorasi via modis.gsfc.nasa.gov dan terkait ArcGIS bisa explorasi via help-nya atau di berbagai tutorial e-books yang telah ada karya teman-teman di dunia geospasial... :). (Harap dimaklumi karena thole belum "menulislah" lagie...).
Berbagi di dunia geospasial sangatlah menarik, dalam sebuah majalah geospasial terkemuka dari India diungkapkan bahwa fenomena yang terjadi ialah lahirnya "neogeografer" demikian mereka menyebutnya. Dimana "neogeografer" inilah yang membahasakan "geografi", "geospasial", "peta", dan kawan-kawannya ke masyarakat langsung melalui pendekatan partisipatif. Kuncinya ialah bagaimana kita mengkomunikasikan informasi secara komprehensif dengan peta, bagaimana pula kita berbagi mengenai dunia spasial dan ketermanfaatannya ke publik dan bukan sekedar teknis semata tapi harus jelas tujuan dan manfaatnya, celetuk fulan pada thole.
Terlalu banyak alasan untuk tidak menulis dan terlalu banyak alasan pula untuk terus menulis hingga hendak menghentikan langkah menulispun susah walaupun sudah tidak tau hendak kemana aliran air ini terbawa oleh jari-jemari ide.
Jia kepca datang, mari belajar bersama di geospatial learning with us.
Sekian celoteh hari ini..ini bukanlah tulisan spasial bukan pula tulisan ilmiah namun hanya selingan informasi ala putra bumi.



Salam Hormat,

Aji Putra Perdana
Life is too short...Learn to more Ikhlas in my life...

* ini bukan tulisan geospasial, tapi renungan berfikir dan ajakan
geospatial sharing dan training ala thole cakep tanpa maksud apapun di dalamnya, semata-mata berbagi kata-kata dan ditujukan untuk keberlangsungan perkembangan dunia geospasial di Indonesia tercinta*


-end-


"Don’t be silent, do something and smile for Planet of Earth”
by Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing“
http://ajiputrap.blogspot.com/

Dancing in A Globalized, Dancing with Love and Peace for Our Planet of Earth”
by My Little Sister


Salam Hangat,

Mencoba berpikir sederhana untuk memecahkan kerumitan dari sebuah problematika.