Showing posts with label data. Show all posts
Showing posts with label data. Show all posts

Tuesday, April 19, 2011

(Toponimi) Nama itu "Indonesia"

(Toponimi) Nama itu "Indonesia"
Di sela-sela membaca mengenai perubahan iklim, perubahan penutup lahan/penggunaan lahan, nama-nama wilayah di Bumi. Terfokuslah pada nama wilayah dimana penulis bertempat tinggal dan berkebangsaan yakni Indonesia.

Fenomena global seperti perubahan iklim hingga perubahan regional atau lokal seperti perubahan penutup lahan/penggunaan lahan dan pemekaran wilayah yang berkaitan pula dengan pembakuan nama-nama rupabumi, itulah fenomena kebumian yang sedang dipelajari oleh penulis dan merupakan hal-hal yang mesti diperhatikannya. Berbicara itu semua tidaklah berkaitan dengan judul yang diangkat apabila melihatnya secara langsung, tetapi fenomena kebumian yang sedang dipelajari tersebut merupakan rangkaian informasi ataupun data geospasial yang sedang dikumpulkan dalam berbagai aspek kajian yang berlokasi di suatu wilayah yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke (kurang lebih demikian yang didapat sewaktu kita belajar di sekolah dasar).

Indonesia, itulah namanya. Tulisan ini diangkat sebagai bagian dari hasil membaca sebuah tulisan berjudul "Asal Usul Nama Indonesia" tulisan oleh Irfan Anshory dalam Buletin Toponimi.

Siapa sangka, Indonesia memiliki beraneka ragam nama sebelum akhirnya dikenal sebagai bangsa Indonesia dan diakui oleh dunia. Tentunya yang menyangka itu ialah rekan-rekan yang mempelajari "Indonesia" dari segi bahasa, budaya ataupun aspek lainnya. Tapi sangat disayangkan penulis, baru menyadari arti pentingnya sebuah nama ketika mengenal topo dan onima.

Kawasan kepulauan Indonesia dalam catatan bangsa Tionghoa dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan), catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), bangsa Arab menyebutnya Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Lalu pada masa kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Persia, Arab, India dan China; mereka menyebut daerah yang terbentang luas antara China dan Persia semuanya adalah "Hindia". Tanah air kita (Indonesia) mendapat sebutan nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales).

Tatkala terjajah oleh Belanda, nama resminya ialah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan saat dijajah Jepang memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Multatuli atau Eduard Douwes Dekker (1820-1887) mengusulkan nama spesifik yaitu Insulinde yang berarti "Kepulauan Hindia" (bahasa latin insula berarti pulau), tapi sayangnya kurang populer. Kala itu tahun 1920an, Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli) memopulerkan nama "Nusantara", suatu istilah yang telah berabad-abad tenggelam. Diambilnya nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit.

Nama Indonesia

Singkat cerita, dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) Volume IV, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Di awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan kita, dipungutlah kata yang dibuang oleh Earl (Indunesia) dan mengganti huruf u dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Pertama kali "Indonesia" tercetak dan muncul di dunia ialah pada halaman 254 dalam tulisan Logan.

Putra bangsa ini yang pertama kali menggunakan istilah "Indonesia" adalah Ki Hajar Dewantara dimana kala itu beliau dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 dan mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Berlanjut pada dasawarsa 1920-an, nama itu yakni "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" memiliki makna politis sebagai identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaannya.

Banyak organisasi hingga partai politik merubah namanya dengan tambahan "Indonesia", hingga akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928 (peristiwa Sumpah Pemuda) nama itu, Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita. Atas kehendak Allah, jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda". Tanggal 17 Agustus 1945, Atas berkat rahmat Allah, lahirlah Republik Indonesia.

-usai-

Ingin membaca lebih lengkap, silahkan akses Buletin Toponimi Volume I, No. 1, Februari 2010.


Salam,

Aji Putra Perdana
*sedang belajar apa itu informasi yang berbau ruang dan waktu*

Monday, April 18, 2011

Perjalanan Teknologi Survey Pemetaan ke Teknologi Informasi Geospasial

Perjalanan Teknologi Survey Pemetaan ke Teknologi Informasi Geospasial

Gambar1. Buku "INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL"

Sebuah catatan ringan yang bersumber dari Kata Pengantar dan Bab I sebuah Buku berjudul "INFRASTRUKTUR INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL" karya Prof. Dr. Ir. Jacub Rais, M.Sc terbitan BAKOSURTANAL.

Beliau mengantarkan buku ini dengan rangkaian kata awal berupa apa itu "Data Spasial" dilanjutkan dengan sifat keruangan di Bumi yang kini dikenal dengan istilah "Geospasial" sebagai kosakata baru dalam era teknologi informasi. Informasi tersebut juga ada secara absolut di Bumi melalui sistem koordinat "geodetik", adanya satelit GPS membantu menentukan posisinya yang teliti di Bumi ini. Dilanjutkan dengan perlunya koordinasi pemetaan di Indonesia (sejarah dibentuknya BAKOSURTANAL).

Ada hal yang sangat menarik yakni penjelasan mengenai asal usul istilah "data spasial" pada Kata Pengantar Buku ini. Banyak yang mengira bahwa istilah data spasial merupakan nomenklatur yang diciptakan oleh para profesi pembuat peta, tetapi yang sebenarnya istilah data spasial justru datang dari para ahli statistik dunia dan para perencana regional dunia yang berkumpul di suatu kota kecil Perancis Saint-Maximin 24-28 Mei 1971. Kala itu, mereka merasa bahwa data statistik yang selama ini dipergunakan dalam perencanaan tidaklah cukup untuk mengambil keputusan mengenai alokasi dan lokasi sumberdaya alam, sehingga diperlukan adanya data yang "berdimensi spasial" bukan data statistik semata. Kemudian dimunculkanlah istilah "Data Banks for Development" (1971) untuk data berdimensi spasial, yang selanjutnya berkembang menjadi "Geographic Data Handling" (1975) kemudian menjadi Geo-referenced Information System (1980) dan seterusnya GIS, dan sebagainya.

Itulah sekelumit kata pengantar, dilanjut ke Bab I yang mengambil judul "Pengembangan Teknologi Survei dan Pemetaan ke Teknologi Informasi Geospasial". Sewaktu membaca Bab I ini seakan dibawa ke dalam sebuah perjalanan ruang dan waktu dari informasi geospasial, data geospasial hingga infrastruktur data spasial.

Alkisah, sejak revolusi industri pertama di pertengahan abad ke-18 hingga kini dunia telah memasuki revolusi ke-5 yaitu revolusi industri informasi dan komunikasi yang telah menguasai seluruh aktivitas kehidupan manusia. Saat ini hampir semua sektor telah bergelut untuk membangun informasi geospasial sesuai kebutuhan masing-masing dalam berbagai tingkatan baik lokal, nasional bahkan internasional.

Dalam Bab I ini, Beliau menuliskan pengertian mengenai Informasi dan Data Geospasial dalam bahasa kebumian. Informasi geospasial adalah informasi yang terkait ruang muka bumi maupun ruang di bawah muka bumi, seperti informasi tentang sumberdaya mineral, minyak dan gas bumi serta peristiwa yang terjadi di muka bumi/di bawah muka bumi. Data Geospasial adalah data yang terpetakan atau ter-rekam secara keruangan, seperti peta, citra dari udara dan ruang angkasa.

Di era pra satelit, informasi geospasial disajikan di atas daun papyrus (kebudayaan Mesir Kuno di lembah Nile), di atas tablet tanah liat (Euphrat dan Tigris di lembah Mesopotamia) dan di masa Kerajaan Romawi dengan peta-peta di atas marmer. Sejak penemuan bahan kertas di Cina hingga ketrampilan membuat kertas menjalar ke Jepang dan baru pada tahun 1276 pabrik kertas pertama dibangun di Eropa.

Sejarah satelit, dimulai sejak peluncuran satelit sumberdaya alam ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite) di tahun 1972 dengan resolusi spasial 80 meter, hingga kini dunia telah menghadapi informasi dengan ketelitian hinggga 0,5 meter-1meter dari satelit WorldView-2, Quickbird, IKONOS, dsb. Informasi geospasial ini telah membantu manusia dalam peningkatan manajemen dan perlindungan ruang hidup manusia dengan efektivitas dan efisiensi dalam pembangunan ekonomi dari sumberdaya.

Resolusi di atas mensyaratkan data geospsial yang dapat dipercaya dan dengan biaya yang dapat dijangkau, dapat diakses secara tepat waktu dan efisien sebagai bagian dari realisasi janji-janji "information society". Hal tersebut apabila kita melihat berita yang sedang booming sekarang yakni disahkannya RUU IG.

Terkait informasi untuk umum tersebut, maka perlu adanya infratruktur informasi, termasuk infrastruktur data geospasial sebagai fasilitas jasa data Geospasial yang terstruktur. Berkembangnya infrastruktur geospasial menjadi terpacu oleh berkembangnya teknologi dijital (komputer) dan telekomunikasi.

---usai---


Untuk lebih lanjutnya silahkan akses langsung Buku "Infrastruktur Informasi Geospasial Nasional" tersebut.


Salam,

Aji Putra Perdana
*sedang belajar apa itu informasi yang berbau ruang dan waktu*

Tuesday, April 12, 2011

(Toponimi) Pemalang, juga nama Terumbu di Singapura

Berawal dari mencari "Pemalang" di dunia GeoNames ditemukanlah Pemalang, juga nama Terumbu di Singapura.

Sekedar iseng sembari belajar nama-nama, maka segeralah melakukan pencarian nama kota kelahiran yakni "Pemalang" di sebuah situs penyedia nama-nama rupabumi GeoNames. Walhasil muncullah beberapa nama Pemalang sebagai berikut:

sumber: http://www.geonames.org/

Untuk link lokasinya bisa diakses di:





Lokasi-lokasinya apabila dilihat via googlemaps (yang biru terumbu pemalang besar):


Lihat Terumbu Pemalang Besar di peta yang lebih besar

Lalu kalau Pemalang sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia letaknya dimana dan bagaimana sejarahnya?

Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W FRUIN MEES yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.

Untuk sejarah kota pemalang lebih lengkap bisa dilihat di situs pemerintah Kab. Pemalang: Sejarah, lokasinya bisa dilihat via google maps:



Muncul tanya, apakah yang memberi nama Terumbu itu orang Pemalang? yang menemukan orang Pemalang ataukah orang singapura yang pernah ke Pemalang? atau memang tidak ada keterkaitan dan hanya kebetulan semata?

Apa yang khas dari Pemalang? Makanannya yang mak grombyang : http://bumiwisata.blogspot.com/2009/06/melihat-pantai-dan-nikmati-grombyang.html

Salam,

Aji Putra Perdana
*sedang belajar nama-nama*


Thursday, April 7, 2011

Pentingnya Sebuah Nama Rupabumi?

Foto Pembicara, Peserta dan Tamu Undangan Workshop Toponimi

Nama itu penting, demikian kesan yang ditangkap oleh penulis setelah menjadi bagian dalam sebuah workshop toponimi. Di planet Mars banyak benda-benda tetapi belum memiliki nama karena belum ada yang menjamah dan mengenali serta dilanjut memberinya sebuah nama. Berbeda dengan di planet Bumi dimana manusia telah memberi nama sejak jaman dahulu kala dimana unsur-unsur di bumi telah bernama dan menjadi bagian integral tak terpisahkan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Apa yang dimaksud dengan toponimi atau nama rupabumi? Nama rupabumi atau nama topografi atau nama-nama geografi atau nama-nama tempat adalah nama-nama yang digunakan untuk unsur-unsur alami maupun unsur buatan manusia yang berada di permukaan bumi.
Ada rasa haru yang muncul sehari sebelum acara itu dimulai dimana penulis sedang membantu persiapan untuk penyelenggaraan workshop. Sedianya penulis dapat kesempatan untuk ber'diskusi' dengan Prof. Dr. Jacub Rais, M.Sc tapi kesempatan itu tak jadi datang. Padahal sedianya Beliau-lah yang seharusnya memberikan pencerahan dan pemahaman tentang peran UNGEGN pada workshop toponimi kali ini.

Walhasil, rangkaian kata tertulis dalam efbi tatkala sedang menikmati wifi di ruangan semalam sebelum workshop:

"saat itu bertemu sesaat"

Ada kata 'bertemu' dimana aku dan Beliau berada pada satu titik ruang dan waktu

Ada kata 'saat' tatkala sang waktu berhenti dan berjalan seiring memori tersimpan

Ada kata 'itu' di masa kini atau nanti kita tatap kembali masa lampau

Ada kata 'sesaat' ketika rasa itu seakan terhempas dalam cepatnya waktu berlalu


Aku pun hanya bertemu dengan Beliau hanya sesaat, tapi belum sempat Beliau berucap

Ilmu itu belum kuserap, tapi pundak ini semakin terasa berat

Nama itu belum bisa ku lukis dalam rupabumi

Tapi bumi itu tlah menangis kehilangan satu nama


Tersadarku akan waktu yang terus berlalu

Tersadarku akan cerobohnya aku maknai masa


Dan demi masa...

Berhentilah kita merugi...

Dan demi sapa...

Berhentilah kita menyendiri...


Nama itu adalah tanda...

Nama itu adalah rupa...

Nama itu penuh makna...

Nama itu rahasia...


Hotel Santika Bogor, Kamis 7 April 2011

Sapa dan Salam kenalku tuk Pelaku Sejarah Penamaan Rupabumi Indonesia

Prof. Dr. Jacub Rais, M.Sc.


Salam hormat,

Aji Putra Perdana

Dalam sambutan pembukaan oleh Kepala BAKOSURTANAL disampaikan beberapa hal yang menggugah kesadaran penulis (*maklum biasanya hanya tidur akibat ngantukan mode on), diantaranya:
  1. Di dalam kehidupan modern nama rupabumi dibakukan sebagai bagian dari tata administrasi pemerintahan yang baik (good governance), mengingatkan penulis akan salah satu materi dalam diklat yakni kepemerintahan yang baik atau bahasa inggrisnya ya...good governance itu tadi.
  2. Diungkapkan pula alasan-alasan mengapa nama rupabumi harus dibakukan? Bahwa nama rupabumi lebih dari hanya sekedar nama-nama tempat dalam suatu peta, tetapi nama-nama itu bersifat lokasional dan merupakan komponen dari sistem informasi yang terorganisir secara keruangan. Nama rupabumi merupakan suatu titik akses langsung dan intuitif terhadap sumber informasi lain yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan bagi para pembuat kebijakan dan manajer serta kerjasama di antara organisasi lokal, nasional dan internasional.
  3. Hal yang menarik dan digarisbawahi atau ditebalkan yakni "Tanpa adanya pembakuan dalam penggunaan nama rupabumi, akan terjadi kerancuan dan kekacauan yang dapat berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi".

Rangkuman berita lebih lengkap terkait workshop bisa diakses di http://bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/pentingnya-pembakuan-nama-nama-rupabumi/

Ada makna di balik sebuah nama, ada budaya di balik suatu nama, ada sejarah di balik nama, ada bahasa di dalam nama, ada sesuatu yang dalam dari nama, ada-ada aja si penulis menunis namanya *upss tulisannya :), nama itu perlu dibakukan sehingga informasi geospasial dapat terintegrasi dan tata kepemerintahan yang baik dapat terlaksana.

Salam,
Aji Putra Perdana


Wednesday, March 9, 2011

Bermain Bertanya secara Geospasial

Bermain Bertanya secara Geospasial

Apa respon Anda sewaktu membaca judul dari tulisan ini? Silahkan jawab melalui kotak komentar yang tersedia, bukan kotak amal :).

Bermain bertanya, bisa juga dibilang rangkaian yang tidak sesuai dengan EYD karena ada dua kata ber berurutan. Tapi sebenarnya bolehkah menggunakan kata awalan ber berurutan dalam sebuah penulisan? Uppss...bukan pertanyaan itu yang akan dibahas di sini. Masih ada lanjutannya yakni bermain bertanya secara Geospasial. Ya...itulah yang coba diangkat dalam tulisan kali ini meskipun belum dapat diketahui berapa beratnya yang akan diangkat tersebut.

Bermain bertanya secara geospasial sangatlah membantu kita dalam menyelesaikan pertanyaan yan berbau informasi atau data tabular ataupun spasial. Lalu, bagaimana cara bermainnya? berhubung ada kata geospasial mari kita pergunakan software atau perangkat lunak sebagai alat bantu dalam menjawab pertanyaan tersebut.

Adalah QUERY sebuah kata yang dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan berbau tadi. Lalu apa itu QUERY? Query adalah bentuk dari BERTANYA atau dalam dunia teknologi saat ini Query adalah permintaan untuk memperoleh informasi dari/dengan/ dalam sistem informasi dan basisdata. Wikipedia menuliskan bahwa query adalah:

A precise request for information retrieval with database and information systems.

Mari segera bermain...permainan kali ini ialah adanya permintaan untuk mengetahui nomer lembar peta berapa sajakah yang ada di sebuah Provinsi di Indonesia dan berapakah data yang tersedia dalam format digital?

Bahan dan Alat telah disediakan di dalam perangkat keras si fulan yakni data geospasial dasar berupa batas administrasi hingga level provinsi dan data spasial indeks peta rupabumi indonesia tentusaja beserta informasi tabular yang sudah terikat di dalam data tersebut. Perangkat lunak yang dipergunakan yakni ArcGIS 9.2 sebagai perangkat lunak untuk bermain bertanya secara geospasial.

Di dalam ArcGIS ini, untuk bertanya dapat melalui pejabat setempat ataupun lembaga-lembaga lainnya, maksudnya ialah banyak tools atau tombol atau apapun itu namanya yang dapat di klik dan menuju tools query yang ada. Berikut hanyalah salah satu runtutan langkah yang dipergunakan untuk bermain menjawab dari permainan bertanya secara geospasial.

Langkah 1. Jalankan ArcMap dan tampilkanlah data geospasial yang sudah disediakan :)
Langkah 2. Pada menu utama ArcMap, klikmenu Selection dan pilihlah Select by Attributes...

"Select by Attributes merupakan salah satu tools yang dipergunakan dalam software atau perangkat lunak geospasial untuk membangun sebuah query alias menjawab kata tanya secara geospasial. Berikut petikan dari help (baca: bantuan) yang tersedia terkait informasi apa itu kotak dialog Select by Attributes:

Building a query

This dialog lets you select features in a layer or records in a table by building a query. To create an expression, double-click the field you want to use, click an operator, then double-click the value. You can also type directly into the query.

sumber: help dari ArcGIS Dekstop 9.2
Langkah 3. Pilih metodenya : Create New Selection yakni untuk membuat pemilihan baru sebagai awal untuk menjawab permintaan kata tanya geospasial, misal kita akan memilih provinsi sumatera utara
"PROVINSI" = 'SUMATERA UTARA'

Langkah 4. Setelah melakukan query tersebut maka dilanjutkan dengan query berikutnya yakni menggunakan Select by Location untuk memilih fitur yang ada pada indeks dan bersinggungan dengan area provinsi sumatera utara.

Langkah 5. Untuk mengecek ketersediaan data dijital pada indeks yang sudah terpilih berdasarkan query lokasi pada langkah 4, maka dilakukan query di dalam atribut pada baris-baris tabular yang sudah terpilih dengan membuka data tabel dari data geospasial indeks peta rupabumi indonesia. Query langkah kelima ini menggunakan query berdasarkan kolom yang menunjukkan ketersediaan data atau NLP tersebut dalam bentuk dijital, dengan metode query yakni Select from current selection. Maksud dari metode ini akan memilih dari yang saat ini sudah terpilih (mmm...menjadi data pilihan nie,,,).

Langkah 6. Maka akan muncullah data tabular yang sudah terseleksi hingga tahap akhir dan memenuhi query atau bermain bertanya secara geospasial yang diinginkan. Selanjutnya data tersebut (masih berada pada tabular data yang terpilih) pilihlah menu Options dan pilihlah Export dan simpanlah dalam dbf untuk kemudian dapat dibuka di Excelnya Microsoft Office sebagai pengkemasan akhir dan permanis tampilan dalam jawaban atas bermain bertanya secara geospasial.

Berikut terlampir printscreen atau tangkapan layar sekilas atas proses query keberadaan data geospasial :).

Gambar1. Tangkapan layar proses bermain bertanya secara geospasial dengan ArcGIS


Demikianlah tanya jawab alias bermain bertanya secara geospasial ala fulan dalam blognya.

Jalan Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong, Bogor

Salam,

Aji PP

Sunday, December 12, 2010

(Peta) Pemanasan Global

(Peta) Pemanasan Global

Sembari menunggu para pencari geospatial open source, kembali berkunjung sejenak melihat image of d-day. Tampak ada gambar las vegas (cahaya) di tengah malam, akantetapi yang lebih menarik ialah untuk melihat Pemanasan Global yang disajikan dalam PETA.


Seperti postingan sebelumnya dalam:
Tampaknya NASA juga tertarik untuk mencoba memperbandingkan suhu bumi pada masa silam dengan akhir-akhir ini.

Global Warming Mapped
Color bar for Global Warming Mapped
acquired January 1, 2000 - December 31, 2009
Global Warming Mapped
Color bar for Global Warming Mapped
acquired January 1, 1970 - December 31, 1979

Peta di atas menunjukkan perubahan atau anomali suhu, gambar atas untuk tahun 2000-2009 dan bawah untuk tahun 1970-1979. Peta tidak menggambarkan suhu mutlak, akantetapi berapa banyak hangat atau dinginnya suatu daerah dibandingkan dengn norma untuk daerah yang sama pada 1951-1980. Masa itu dipilih terutama karena U.S. National Weather Servise menggunakan waktu tiga dekade untuk mendefinisikan "normal" atau suhu rata-rata. GISS melakukan usaha analisa suhu sekitar tahun 1980an, sehingga paling baru 30tahun adalah 1951-1980. Ini juga merupakan periode/masa ketika banyak orang dewasa saat ini tumbuh, sehingga merupakan acuan umum dimana banyak orang bisa mengingatnya.



Salam,

Aji PP

Wednesday, December 8, 2010

(Citra-Ocen Color Galeri) Fenomena Upwelling di Pesisir

(Citra-Ocen Color Galeri) Fenomena Upwelling di Pesisir

Melihat wilayah pesisir, tentusaja hal yang biasa bagi kita yang tinggal di Negara Maritim, Negara Kepulauan dengan garis pantai 81.000 km dan termasuk katergori yang terpanjang garis pantainya. Tidak ada salahnya kita menatap fenomena-fenomena pesisir di wilayah sono...salah satunya kali ini ditampilkan fenomena upwelling yang terjadi di wilayah pesisir barat Amerika sono, bukan Ameriki sini. Mengambil dari galeri gambar (citra satelit) oceancolor dalam kategori citra pesisir (coastal images).

Gambar 1. Wilayah Pesisir Barat Amerika Serikat

Angin bertiup ke selatan di sepanjang pantai barat Amerika Serikat - karena gesekan dan pengaruh rotasi bumi (friction and the effect of Earth's rotation) - menyebabkan lapisan permukaan lautan bergerak menjauh dari pantai. Karena air permukaan bergerak lepas pantai, dingin, air yang kaya nutrisi naik ke atas (upwells) dari bawah untuk menggantinya. Ini merupakan fenomena upwelling yang mengisi pertumbuhan fitoplankton laut, bersama dengan rumput laut yang lebih besar, pada gilirannya memelihara keragaman yang luar biasa makhluk yang ditemukan di sepanjang pantai California utara dan tengah.


Sensor seperti SeaWiFS bisa "melihat" efek dari ini produktivitas upwelling-terkait, karena fitoplankton klorofil-bantalan memantulkan kembali cahaya berwarna hijau ke ruang angkasa sebagai lawan dari air itu sendiri yang mencerminkan panjang gelombang dominan biru kembali ke angkasa.

Wilayah Laut dari gambar (citra) di atas (dikumpulkan pada tanggal 6 Oktober 2002) adalah kode warna untuk menunjukkan konsentrasi klorofil. Wilayah daratan dan kumpulan awan pada bagian dari gambar (citra) disajikan dalam komposit warna kuasi-alami (quasi-natural color).

--- Upwelling : fenomena di lautan yang begitu dingin, begitu kaya dan membawa kehidupan, demikian ungkap ANNE CANRIGHT, seorang geograf/geografer, penulis dan fotograf/fotografer, serta editor untuk Coast & Ocean. ---


sumber : Ocean Color Image Gallery dan http://www.ocean98.org

salam 'pesisir',

Aji PP

Air pergi begitu saja...

Air pergi begitu saja...

A Little Water Goes a Long Way, kurang lebih demikian titel yang diberikan oleh NASA terkait gambar presipitasi berikut ini :

download large image (506 KB, PDF) acquired August 1 - 31, 2010





Peta di atas merupakan hasil kompilasi dari pengamatan satelit Aqua milik NASA yakni sensor Atmospheric Infrared Sounder (AIRS) dan the Advanced Microwave Sounding Unit (AMSU-A).

Peta tersebut adalah salah satu dari beberapa cara yang dilakukan oleh para peneliti untuk mem-visualisasikan pergerakan air di planet bumi ini, sebagai demonstrasi dalam lembaran fakta baru yang mengkaji siklus air (hidrologi).

sumber : http://earthobservatory.nasa.gov/IOTD/view.php?id=46301

Salam 'perubahan',

Aji PP

Perubahan Iklim, hanya anomali atau terjadi kah?

Perubahan Iklim, hanya anomali atau terjadi kah?

Hari ini fulan kembali mempertanyakan mengenai fenomena alam yang sekarang ini sedang dialami oleh IKLIM. Para ahli menyebutnya Perubahan Iklim atau Climate Change, ada pula yang mengatakan Pemanasan Global atau Global Warming.

Ada yang bilang dampaknya ialah adanya 'perubahan', misalnya kenaikan muka air laut.

Rasa penasarannya pun membawa dia ke dunia maya dan bertemu dengan Jason-1 dan Jason-2 di lokasinya http://sealevel.jpl.nasa.gov/. Berikut hasil pengukuran yang dilakukan oleh kedua Jason dari tanggal 28 November 2010 hingga 8 desember 2010 dan divisualisasi sebagai sea surface height anomaly. di bawah ini:

Sea Surface Height Anomaly: Jason-1 and Jason-2 Measurements from 28-Nov-2010 to 08-Dec-2010

Peta ini menunjukkan hampir real-time (Near Real Time) tinggi permukaan laut anomali (Sea Surfece Height Anomay - SSHA) pengukuran dari misi satelit altimeter Jason-1 danJason-2. Setiap peta dihasilkan dari 10-hari pengukuran SSHA. Pengukuran dari misi NRT SSHA pengukuran ini biasanya tersedia dalam waktu 5 sampai 7 jam waktu nyata (real time). Pengukuran ini dapat digunakan untuk aplikasi meteorologi (misalnya cuaca), operasi laut (penangkapan ikan yaitu, berperahu, operasi lepas pantai), dan aplikasi lain di mana pengetahuan tentang kondisi arus laut berkaitan dengannya.


tertarik melihat 'perubahan' yang berupa kenaikan muka air laut berdasarkan data satelit dan data lapangan, silahkan kunjungi: http://climate.nasa.gov/keyIndicators/index.cfm#SeaLevel

Selain dari kenaikan muka air laut, 'perubahan' penduduk juga memaksa bumi menjadi semakin panas dan memanas ketika lahan atau area terbuka hijau perlahan berkurang dan berkurang perlahan-lahan. Hal tersebut disebut-sebut sebagai efek dari urbanisasi yang terjadi di Kota-Kota Besar, salah satunya di Indonesia ialah JAKARTA.

Lihatlah potret Ibukota Indonesia tercinta yakni JAKARTA dalam pigura citra satelit penginderaan jauh (Landsat MSS, Landsat TM dan ASTER) berikut:

Warna biru-hijau merupakan area kekotaan (urban), sedangkan warna merah ialah vegetasi. Sebelah kiri Landsat MSS rekaman tahun 1976 dengan jumlah penduduk sekitar 6juta, di tengah tahun 1989 direkam oleh Landsat TM dengan penduduk yang menghuni Jakarta sekitar 9juta, dan di sebelah kanan ialah citra ASTER rekaman tahun 2004 dengan penduduk sekitar 13juta.


Salam 'perubahan',

Aji PP

Sunday, December 5, 2010

Hujan Terus Menerus di Jogja _ daily rainfall in Jogja

Hujan Terus Menerus di Jogja _ daily rainfall in Jogja

Fenomena hujan sehari-hari yang melanda Jogja bahkan Indonesia secara keseluruhan juga diamati oleh citra satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) NASA.
The Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) is a joint mission between NASA and the Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) designed to monitor and study tropical rainfall.

Badai Atlantik 2010 dibandingkan dengan Badai Atlantik 2005 sebagai top story pada saat kunjungan hari ini (6 Desember 2010) seperti tampak pada Gambar 1 di bawah ini.

  TOP STORY TITLE
26 November 2010
Gambar 1. 2010 ATLANTIC HURRICANE SEASON COMPARED TO 2005


Kembali mencari bagaimana kondisi hujan di Jogja dari TRMM. Kemudian didapatlah http://trmm.gsfc.nasa.gov/affinity/download_kmz.html. Dimana kita dapat mendownload dan mengoverlaykannya dengan Google Earth untuk mendapatkan gambaran kondisi hujan pada area yang kita kehendaki.

berikut tampilan dari data TRMM untuk REALTIME 30 Day Average Rainfall and 30 Day Anomalous Rainfall untuk Yogyakarta dengan data kmz yang diunduh dari

http://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events/30_day_average.kml dan

http://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events 30_day_anomaly.kml dilanjut dengan membukanya di Google Earth (posisi online).


Gambar 2. Anomali Hujan 30 hari di Yogyakarta berdasarkan TRMM

Gambar 3. Rerata Hujan 30 hari di Yogyakarta berdasarkan TRMM

Hujan pun belum juga berhenti, saat bingung mau nulis apa lagi :p
Apabila saudara tertarik untuk melihat sendiri di layar monitor/laptop, silahkan unduh di http://trmm.gsfc.nasa.gov/affinity/download_kmz.html dan bukalah di Google Earth (posisi online).

Salam,
Aji PP

Mangrove di INDONESIA (yang kaya sumberdaya)

Mangrove di INDONESIA (yang kaya sumberdaya)

Secara disengaja, hari ini fulan berkunjung ke http://earthobservatory.nasa.gov/IOTD/ untuk melihat image of d-day. Muncullah sebuah Negara Kepulauan sebagai salah satu dalam tampilan image of d-day yakni INDONESIA. Jadi teringat akan tulisan pembuka yang kerapkali digunakan oleh para peneliti, penulis, akademisi dan lain sebagainya untuk membuka pembicaraan atau tulisan mengenai sumberdaya kelautan dan permasalahannya di Indonesia yakni bahwa INDONESIA merupakan negara Maritim, Kepulauan, Kelautan, dan lain sebagainya dimana 70% wilayahnya berupa lautan, membentang 81.000 km garis pantainya dan lain sebagainya lagi dan lagi.

Sungguh luar biasa potensi Negera Kesatuan Republik Indonesia ini coba bayangkan betapa dunia menatap kita (baca: sumberdaya alam). Betapa butuhnya dunia akan INDONESIA terkait pula perubahan iklim yang kain digembor-gemborkan.

Apakah salah satu sumberdaya kelautan itu?

Mangrove, jawab fulan.

Kawasan hutan mangrove di Indonesia telah menyusut dari 4,2 juta hektar pada tahun 1982 sampai 2 juta hektar, ujar sebuah LSM (dimuat di dalam The Jakarta Post 6 Desember 2010).

"Sekitar 70 persen hutan mangrove di Indonesia berada dalam kondisi kritis dan rusak berat," kata Menteri Kelautan dan Perikanan RI Bapak Fadel Muhammad ketika meluncurkan kampanye penanaman bakau di desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Provinsi Maluku, Jumat (30 Juli 2010). Dimuat di dalam Antara News pada hari sabtu 31 Juli 2010.

" Rawa bakau dapat membantu masyarakat pantai di Indonesia dalam menangkis laut yang naik/meningkat dan badai tropis kuat yang disebabkan oleh perubahan iklim," ujar para ahli yang dimuat dalam Reuters.

The Jakarta Post menuliskan :

RI’s mangrove forests shrinks to 2 million ha


Antara News menuliskan :


Reuters menuliskan :

Ketiga tulisan tersebut adalah sumber-sumber yang dipergunakan dalam tulisan ringkas di situs NASA yang memuat gambar persebaran Mangrove di dunia dan Indonesia. Berikut referensi yang dipergunakan, jika ada yang tertarik membacanya secara langsung silahkan meluncur ke TKP.
  1. Antara News (2010, July 31). Minister: Indonesia`s mangroves in critical condition.Accessed November 29, 2010.

  2. Giri, C., Ochieng, E., Tieszen, L. L., Zhu, Z., Singh, A., Loveland, T., Masek, J. and Duke, N. (2010) Status and distribution of mangrove forests of the world using earth observation satellite data. Global Ecology and Biogeography, DOI: 10.1111/j.1466-8238.2010.00584.x.
  3. The Jakarta Post (2010, March 21). RI’s mangrove forests shrinks to 2 million ha.Accessed November 29, 2010.
  4. MangroveWatch (n.d.) Mangroves in Australia. Accessed November 29, 2010.
  5. Landsat at NASA (2010, August 18). Landsat Enables World’s Most Comprehensive Mangrove Assessment. Accessed November 29, 2010.
  6. Reuters (2007, December 6). Mangroves help Indonesia fend off climate change.Accessed November 29, 2010.
Memetakan Mangrove dari Satelit, demikian judul yang diusung oleh NASA dalam image of d-day untuk postingan 30 November 2010.

Gambar (Peta) Persebaran Mangrove di Indonesia berdasarkan citra satelit

Mapping Mangroves by Satellite
download large image (430 KB, PNG)

Usaha pembuatan peta ini dipimpin oleh Chandra Giri dari U.S. Geological Survey dan dipublikasikan baru-baru ini di dalam Jurnal Global Ecology and Biogeography. Menggunakan teknik klasifikasi citra dijital, tim peneliti melakukan kompilasi dan analisa lebih dari 1000 scenes satelit kumpulan Landsat series.



*tambahan info (update info) : kata temen yang ndijit mangrove di Bakosurtanal; luas Mangrove di Indonesia 3,2 juta*

+ sekedar berbagi+

Salam,
Aji PP