Tuesday, December 1, 2009

berkoordinat Bumi alias georeference...

berkoordinat Bumi alias georeference...

Today alias hari ini, saat ini, detik ini thole and cakep ingin menulis mengangkat tema diskusi mengenai "berkoordinat bumi alias georeference...". Karena sewaktu thole and cakep sedang asyiknya menikmati wejangan mengenai research methodology ada sms yang masuk dari seorang rekan yang bekerja bebas mengenai urban planning. Sms dia menanyakan mengenai data yang dikerjakan olehnya ketika dibuka di software GIS keluaran ESRI dengan versi 3.x nya, "apakah harus di setting dalam view properties nya, yakni di bagian map unit dan distance unitnya ke dalam meter dan meter atau kah bagaimana ?".

Alkisah, ketika mengawali mengerjakan data urbannya dia yang telah sukses memetakan hingga batas RW dan RT di beberapa Kota di Indonesia tercinta ini, thole sudah mengutarakan mengenai "spatial data is become GREAT data and very usefull if it's georeferenced". But at that time, he did not care about it due to what his need is only how to join excel data with map. he just need GIS as gambarnya indah sekali and also as SIG as Sungguh Indah Gambarnya.

Suddently, when he and his friend who come from aboard doing little Atlas and open data that are not georeferenced, bingung pun dimulai. Dia pun teringat akan pekerjaan sebelumnya yang berhasil dia georeference khan oleh temannya (dari luar juga yang ahli GIS) menggunakan survey GPS untuk mengimpan lokasi-lokasi sebagai GCP (ground control point) so he ask me to help him provide GPS for the survey. Dari point tersebut, tampaknya dia mulai mengerti apa makna berkoordinat bumi, baik itu geografis maupun dalam UTM (Universal Tranverse Mercator).

Hal yang salut bagi pekerjaan pemetaan hingga level RW bahkan RT yang dilakukan mereka ialah sebuah pembuktian akan ide-ide yang diobrolkan bersama thole and cakep bahwa hal tersebut dapat terlaksana. Bahkan telah suskses memetakan untuk beberapa Kota dan membantu berbagai kajian geospasial, sebagai contoh kajian "climate change and urban", mapping simpel information but usefull, such as sanitation, number of population until RT level, number of poor family, health (dengue, malaria), etc.

Question is start with "how to make data that not geometrically corrected?"...

The answer is in thole previously posting : http://ajiputrap.blogspot.com/2009/06/spatial-adjustment-and-georeferencing.html

Spatial Adjustment digunakan untuk mengkoreksi posisi dari data spasial yakni data vektor - melalui Spatial Adjustment toolbar, sedangkan Georeferencing digunakan untuk mengkoreksi posisi dari data spasial yakni data raster - melalui Georeferencing toolbar (biasanya digunakan untuk : citra satelit (satellite images), foto udara (aerial photographs), dan scanned CAD drawings.

We can use register and transform, if we use ArcView 3.x for raster and vector files
or we can use spatial adjustment for vector layer and georeference for raster layer in ArcGIS 9.x

Hopefully, all data will be georeferenced so it can be use for the Government in study area to be analyzed more detailed and spatially.

Hal yang menarik lagi dalam membantu free-spatially works ini ialah its seem to be simple but its very useful and SANGAT BERHARGA DAN BERGUNA bagi pembangunan daerah yang berkesinambungan...

Because of harga data citra satelit resolusi spasial tinggi relatif mahal, sehingga muncullah alternatif lain yakni penggunaan Google Earth yang sangat membantu dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Yakni melakukan capturing images dari Google, dilanjutkan dengan melakukan mosaik citra tersebut, mencetaknya dalam kertas yang cukup besar, sehingga dapat dibawa untuk survey sekaligus melakukan pemetaan partisipatif guna memperoleh batas RW dan RT tentunya dengan melibatkan warga setempat dan pihak terkait. Walhasil, dilanjutkan dengan menggambarnya kembali ke dalam data digital (walaupun menggunakan software drawing, such as Adobe Illustrator) sehingga menyebabkan thole and cakep melakukan penggambaran ulang dan tidak memperoleh adanya data spasial yang bergeoreference alias berkoordinat geografis ataupun UTM.

faster, easier, effective, and hopefully not forget about accuracy and fix information that spatially integrated...

pertanyaan yang muncul ketika berhadapan dengan data spasial, apalagi sekarang sedang boomingnya pembicaraan mengenai data spasial nasional, daerah, dan sebagainya ialah "keikhlasan dalam data sharing and data interoperability"...

banyak yang melakukan survey pemetaan, proyek pemetaan, pengadaan citra satelit, pelatihan-pelatihan spasial guna menghadapi permasalahan kebumian (A,B,C : Abiotic, Biotic and Culture) demi keberlangsungan planet of earth dalam skala global dan demi pembangunan yang berkelanjutan untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta ini. Thole and cakep bertanya pada diri sendiri, apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat spasial Indonesia ??? cukupkah hanya dengan mengadakan Seminar-Seminar, Publikasi-Publikasi, Penelitian, Proyek ??? Sudahkah menyentuh akar rumput ataukah sekedar membasahi dahaga sang pengelana spasial ???

thole and cakep berbagi bahwa hal itu masih dilema, karena thole and cakep masih lapar dan dahaga akan berbagai harapan yang ada...

be spatial be yourself...

Spasialkan data Anda dan ingatlah untuk mengacu pada Bumi karena kita tinggal di permukaan Bumi ini...berkoordinat Bumi alias georeference...its all what you need my friends...

Salam cakep, Jogja Hari kedua di Bulan Desember di tahun 2009 ditulis di dalam ruang kelas..


Geographic Information Science...
Figure 3. Aji Putra Perdana @ geospatial learning office

* ini bukan tulisan geospatial, tapi renungan berfikir dan ajakan geospatial training ala thole cakep*
-end-


"Don’t be silent, do something and smile for Planet of Earth”
by Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing“
http://ajiputrap.blogspot.com/

Dancing in A Globalized, Dancing with Love and Peace for Our Planet of Earth”
by My Little Sister

Salam Hangat,

Mencoba berpikir sederhana untuk memecahkan kerumitan dari sebuah problematika.