Peta sebagai Tools dalam Komunikasi
Peta kian hari kian di kenal dari anak-anak hingga orang dewasa, tidak lagi hanya milik segelintir orang semata yang berkecimpung dalam dunia militer, survey, perencana, peneliti, maupun mahasiswa. Peta ialah gambaran fenomena yang terjadi di permukaan bumi, di atasnya, di dalamnya dan sebagainya yang ddigambarkan dalam penyederhanaan, ada unsur generalisasi dalam menampilkannya dan diskalakan dituangkan dalam sebidang datar (definisi lepas).
Mengenal peta sewaktu dia masih buta, demikian ujar thole. Maksudnya disini ialah dulu sewaktu jamannya dia duduk di bangku sekolah dasar diperkenalkanlah Peta Buta SeDunia, Indonesia dan lain sebagainya. Sang Guru pun bertanya coba tunjukkan dimana letak Pulau Sulawesi? Pernah pula diminta oleh sang Guru untuk menggambarkan Pulau-pula di Indonesia. Ah..susahnya tugas waktu itu???Tapi kini thole menyadari bahwa Peta itu Penting, buktinya nenek moyang kita yang konon seorang Pelaut telah mengarung luas samudera, menerjang ombak tiada takut ke laut biru sudah biasa, membaca Peta juga sudah biasa. Menguasai peta maka kita menguasai dunia, itu dulu...Uppsss sekarang masih tergantung sejauh mana kita memanfaatkan Peta secara optimal untuk keberlanjutan dunia agar masih tetap hijau royo-royo, tidak merah memanas akibat global warming. Peta sebagai Tools demikian yang coba diangkat thole dalam kisah perjalanan geospasialnya kali ini (*maklum senengane mekso-sukanya maksa, jadi nya judulnya dipas-paskan terus).
Di tengah perjalanan ruang dan waktu yang dilaluinya kini, thole memberanikan diri untuk menyimpulkan bahwa kini..."Semua Bicara Tentang PETA". Demikian cuplikan yang sempat di lontarkan thole via pacebok. Ungkapan lain yang kerap didengarnya ialah PETA sebagai Tools...ah apa itu Tools? Tools itu alat jadi peta sebagai alat dalam komunikasi, alat dalam merepresentasikan isu-isu permasalahan yang muncul, fenomena kehidupan baik sosial, ekonomi, budaya, teknologi yang ada di lingkungan sekitarnya. Semua disajikan dalam bentuk Peta, lepas dari diskalakan atau tidak, lepas dari kaidah kartografis, tapi tidak lepas dari unsur keindahan demikian ucap si fulan pada thole. Ah, thole sempat mencoba berontak kala ada si asep (*tokoh khayalan saja) membuat peta penuh warna-warni dan ketika ditanya oleh thole, kenapa koq blok bangunannya berwarna-warni?apakah melambangkan sesuatu?, si asep pun bilang; tadi katanya peta itu dibuat seindah mungkin jadinya ya asep kasih warna biru,merah,kuning dan sebagainya. Thole pun berucap, mari kita telaah ikon-ikon yang saudara buat, apakah setiap goresan untuk ikon tersebut tanpa arti?Apakah semua orang bisa membaca secara seketika peta yang asep buat?bukankah itu hanya akan menimbulkan tanda tanya dari kehadiran warna-warni tersebut? Coba mengingat kembali bahwa Peta sebagai media atau tools dalam komunikasi, tentunya tujuan akhir kita ialah user bukan kita sebagai tukang gambar.
Lihatlah sang pelukis malam itu disana, dia terduduk dan melukis lekuk tubuh manusia dengan begiturupanya dalam beraneka ragam busana. Coba kamu tanya ke dia, adakah makna di tiap coretan cat oleh kuas pada kanvas yang dia torehkan?Dia memang tidak memerlukan legenda karena itu bukanlah peta, tapi lihatlah bahwa tiap warna yang dia torehkan ialah untuk menyampaikan atau bahkan membisikkan apa yang hendak dia sampaikan kepada sang penikmat lukisan tersebut.
Menyampaikan informasi, data ke dalam sebuah visualisasi mempermudah mata kita menangkap dan mengingat untuk kemudian bersikap atas apa yang kita baca dari sebuah PETA. PETA sekiranya bukanlah menjadi pajangan semata, celetuk cakep pada thole yang sedang asyiknya membela Esensi PETA di hadapan si asep. Betul, mas cakep...Peta membantu ku mengenal dunia, paling tidak itulah yang kurasakan sekarang. Kini aku tidak lagi buta karena aku bisa membaca Peta dan telah terbuka mata hati ini akan indahnya dunia dan kebersamaan umat manusia demi esok yang lebih baik. Hal ini mengingat akan apa yang telah thole lihat bahwa komunitas penggemar PETA kian meningkat dengan berbagai latar belakang keilmuan, pokoknya kini semua berlomba-lomba untuk "memetakan dirinya".
Semua kini bicara PETA, bahkan tokoh DORA pun mengenalkan PETA pada dunia melalui Televisi sebagai ajang komunikasi dan sosialisasi secara tak sadar. Karena alam bawah sadar kita seketika ditanya PETA, langsung ingat..tanyakan pada PETA. PETA membantu kita mencari sesuatu di permukaan bumi ini baik itu berupa nyata maupun abstrak.
Kembali lagi ke topik bahwa PETA sebagai tools dalam komunikasi. PETA digunakan oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, NGO maupun internasional NGO maupun freelance geospasial untuk berbagi informasi mengenai apa yang mereka tangkap dari kajian mereka. Dari yang murni berkaitan dengan kegiatan kebumian, kebencanaan, penyelamatan suatu kawasan, penyelamatan mata air, penyelamatan hewan langka atau satwa liar, hingga kesehatan bahkan untuk musyawarah pembangunan hingga tingkat desa. PETA sebagai tools untuk menjembatani komunikasi pemerintah dengan masyarakat, sehingga adanya sinergisme antara yang di bagian TOP dan bagian BOTTOM.
Seberapa jauh PETA dapat membantu dalam komunikasi? Jawab thole : TERGANTUNG, sejauh mana kita memanfaatkan atau melakukan optimalisasi dengan PETA terkait kajian ataupun proyek yang dilakukan. Pokoke selama isih nang bumi, informasi geosfer iso dipetake, sing gaweane metani jenenge PETA-kilan (*uuppps kata seorang kawan di pacebok).
Apapun ide kita, komunikasikan dengan SEMPURNA. Janganlah menunda menyampaikan kebaikan tapi tergesa-gesa dalam menyampaikan keburukan.
Apapun tulisan di atas adalah tulisan yang tidak bisa dibaca seketika tetapi mesti ditelaah mendalam sambil minum teh atau kopi dan makan snack ringan di sore hari.
Salam imajinasi...
Salam Hormat,
Aji Putra Perdana
Life is too short...Learn to more Ikhlas in my life...
Salam Hangat,
"The Transformer of GIS and Remote Sensing"
http://ajiputrap.blogspot.com/
http://bumiwisata.blogspot.com/
http://gisresetutor.blogspot.com/
http://ajiputrap.wordpress.com/
Mengenal peta sewaktu dia masih buta, demikian ujar thole. Maksudnya disini ialah dulu sewaktu jamannya dia duduk di bangku sekolah dasar diperkenalkanlah Peta Buta SeDunia, Indonesia dan lain sebagainya. Sang Guru pun bertanya coba tunjukkan dimana letak Pulau Sulawesi? Pernah pula diminta oleh sang Guru untuk menggambarkan Pulau-pula di Indonesia. Ah..susahnya tugas waktu itu???Tapi kini thole menyadari bahwa Peta itu Penting, buktinya nenek moyang kita yang konon seorang Pelaut telah mengarung luas samudera, menerjang ombak tiada takut ke laut biru sudah biasa, membaca Peta juga sudah biasa. Menguasai peta maka kita menguasai dunia, itu dulu...Uppsss sekarang masih tergantung sejauh mana kita memanfaatkan Peta secara optimal untuk keberlanjutan dunia agar masih tetap hijau royo-royo, tidak merah memanas akibat global warming. Peta sebagai Tools demikian yang coba diangkat thole dalam kisah perjalanan geospasialnya kali ini (*maklum senengane mekso-sukanya maksa, jadi nya judulnya dipas-paskan terus).
Di tengah perjalanan ruang dan waktu yang dilaluinya kini, thole memberanikan diri untuk menyimpulkan bahwa kini..."Semua Bicara Tentang PETA". Demikian cuplikan yang sempat di lontarkan thole via pacebok. Ungkapan lain yang kerap didengarnya ialah PETA sebagai Tools...ah apa itu Tools? Tools itu alat jadi peta sebagai alat dalam komunikasi, alat dalam merepresentasikan isu-isu permasalahan yang muncul, fenomena kehidupan baik sosial, ekonomi, budaya, teknologi yang ada di lingkungan sekitarnya. Semua disajikan dalam bentuk Peta, lepas dari diskalakan atau tidak, lepas dari kaidah kartografis, tapi tidak lepas dari unsur keindahan demikian ucap si fulan pada thole. Ah, thole sempat mencoba berontak kala ada si asep (*tokoh khayalan saja) membuat peta penuh warna-warni dan ketika ditanya oleh thole, kenapa koq blok bangunannya berwarna-warni?apakah melambangkan sesuatu?, si asep pun bilang; tadi katanya peta itu dibuat seindah mungkin jadinya ya asep kasih warna biru,merah,kuning dan sebagainya. Thole pun berucap, mari kita telaah ikon-ikon yang saudara buat, apakah setiap goresan untuk ikon tersebut tanpa arti?Apakah semua orang bisa membaca secara seketika peta yang asep buat?bukankah itu hanya akan menimbulkan tanda tanya dari kehadiran warna-warni tersebut? Coba mengingat kembali bahwa Peta sebagai media atau tools dalam komunikasi, tentunya tujuan akhir kita ialah user bukan kita sebagai tukang gambar.
Lihatlah sang pelukis malam itu disana, dia terduduk dan melukis lekuk tubuh manusia dengan begiturupanya dalam beraneka ragam busana. Coba kamu tanya ke dia, adakah makna di tiap coretan cat oleh kuas pada kanvas yang dia torehkan?Dia memang tidak memerlukan legenda karena itu bukanlah peta, tapi lihatlah bahwa tiap warna yang dia torehkan ialah untuk menyampaikan atau bahkan membisikkan apa yang hendak dia sampaikan kepada sang penikmat lukisan tersebut.
Menyampaikan informasi, data ke dalam sebuah visualisasi mempermudah mata kita menangkap dan mengingat untuk kemudian bersikap atas apa yang kita baca dari sebuah PETA. PETA sekiranya bukanlah menjadi pajangan semata, celetuk cakep pada thole yang sedang asyiknya membela Esensi PETA di hadapan si asep. Betul, mas cakep...Peta membantu ku mengenal dunia, paling tidak itulah yang kurasakan sekarang. Kini aku tidak lagi buta karena aku bisa membaca Peta dan telah terbuka mata hati ini akan indahnya dunia dan kebersamaan umat manusia demi esok yang lebih baik. Hal ini mengingat akan apa yang telah thole lihat bahwa komunitas penggemar PETA kian meningkat dengan berbagai latar belakang keilmuan, pokoknya kini semua berlomba-lomba untuk "memetakan dirinya".
Semua kini bicara PETA, bahkan tokoh DORA pun mengenalkan PETA pada dunia melalui Televisi sebagai ajang komunikasi dan sosialisasi secara tak sadar. Karena alam bawah sadar kita seketika ditanya PETA, langsung ingat..tanyakan pada PETA. PETA membantu kita mencari sesuatu di permukaan bumi ini baik itu berupa nyata maupun abstrak.
Kembali lagi ke topik bahwa PETA sebagai tools dalam komunikasi. PETA digunakan oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, NGO maupun internasional NGO maupun freelance geospasial untuk berbagi informasi mengenai apa yang mereka tangkap dari kajian mereka. Dari yang murni berkaitan dengan kegiatan kebumian, kebencanaan, penyelamatan suatu kawasan, penyelamatan mata air, penyelamatan hewan langka atau satwa liar, hingga kesehatan bahkan untuk musyawarah pembangunan hingga tingkat desa. PETA sebagai tools untuk menjembatani komunikasi pemerintah dengan masyarakat, sehingga adanya sinergisme antara yang di bagian TOP dan bagian BOTTOM.
Seberapa jauh PETA dapat membantu dalam komunikasi? Jawab thole : TERGANTUNG, sejauh mana kita memanfaatkan atau melakukan optimalisasi dengan PETA terkait kajian ataupun proyek yang dilakukan. Pokoke selama isih nang bumi, informasi geosfer iso dipetake, sing gaweane metani jenenge PETA-kilan (*uuppps kata seorang kawan di pacebok).
Apapun ide kita, komunikasikan dengan SEMPURNA. Janganlah menunda menyampaikan kebaikan tapi tergesa-gesa dalam menyampaikan keburukan.
Apapun tulisan di atas adalah tulisan yang tidak bisa dibaca seketika tetapi mesti ditelaah mendalam sambil minum teh atau kopi dan makan snack ringan di sore hari.
Salam imajinasi...
Sekian celoteh hari ini..ini bukanlah tulisan spasial bukan pula tulisan ilmiah namun hanya selingan informasi ala putra bumi.
Salam Hormat,
Aji Putra Perdana
Life is too short...Learn to more Ikhlas in my life...
* ini bukan tulisan geospasial, tapi renungan berfikir dan ajakan
geospatial sharing dan training ala thole cakep tanpa maksud apapun di dalamnya, semata-mata berbagi kata-kata dan ditujukan untuk keberlangsungan perkembangan dunia geospasial di Indonesia tercinta*
geospatial sharing dan training ala thole cakep tanpa maksud apapun di dalamnya, semata-mata berbagi kata-kata dan ditujukan untuk keberlangsungan perkembangan dunia geospasial di Indonesia tercinta*
-end-
"Don’t be silent, do something and smile for Planet of Earth”
by Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing“
http://ajiputrap.blogspot.com/
“Dancing in A Globalized, Dancing with Love and Peace for Our Planet of Earth”
by Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing“
http://ajiputrap.blogspot.com/
“Dancing in A Globalized, Dancing with Love and Peace for Our Planet of Earth”
by My Little Sister
Salam Hangat,
Mencoba berpikir sederhana untuk memecahkan kerumitan dari sebuah problematika.
Aji Putra Perdana"The Transformer of GIS and Remote Sensing"
http://ajiputrap.blogspot.com/
http://bumiwisata.blogspot.com/
http://gisresetutor.blogspot.com/
http://ajiputrap.wordpress.com/