Showing posts with label Climate. Show all posts
Showing posts with label Climate. Show all posts

Sunday, December 12, 2010

(Peta) Pemanasan Global

(Peta) Pemanasan Global

Sembari menunggu para pencari geospatial open source, kembali berkunjung sejenak melihat image of d-day. Tampak ada gambar las vegas (cahaya) di tengah malam, akantetapi yang lebih menarik ialah untuk melihat Pemanasan Global yang disajikan dalam PETA.


Seperti postingan sebelumnya dalam:
Tampaknya NASA juga tertarik untuk mencoba memperbandingkan suhu bumi pada masa silam dengan akhir-akhir ini.

Global Warming Mapped
Color bar for Global Warming Mapped
acquired January 1, 2000 - December 31, 2009
Global Warming Mapped
Color bar for Global Warming Mapped
acquired January 1, 1970 - December 31, 1979

Peta di atas menunjukkan perubahan atau anomali suhu, gambar atas untuk tahun 2000-2009 dan bawah untuk tahun 1970-1979. Peta tidak menggambarkan suhu mutlak, akantetapi berapa banyak hangat atau dinginnya suatu daerah dibandingkan dengn norma untuk daerah yang sama pada 1951-1980. Masa itu dipilih terutama karena U.S. National Weather Servise menggunakan waktu tiga dekade untuk mendefinisikan "normal" atau suhu rata-rata. GISS melakukan usaha analisa suhu sekitar tahun 1980an, sehingga paling baru 30tahun adalah 1951-1980. Ini juga merupakan periode/masa ketika banyak orang dewasa saat ini tumbuh, sehingga merupakan acuan umum dimana banyak orang bisa mengingatnya.



Salam,

Aji PP

Wednesday, December 8, 2010

Air pergi begitu saja...

Air pergi begitu saja...

A Little Water Goes a Long Way, kurang lebih demikian titel yang diberikan oleh NASA terkait gambar presipitasi berikut ini :

download large image (506 KB, PDF) acquired August 1 - 31, 2010





Peta di atas merupakan hasil kompilasi dari pengamatan satelit Aqua milik NASA yakni sensor Atmospheric Infrared Sounder (AIRS) dan the Advanced Microwave Sounding Unit (AMSU-A).

Peta tersebut adalah salah satu dari beberapa cara yang dilakukan oleh para peneliti untuk mem-visualisasikan pergerakan air di planet bumi ini, sebagai demonstrasi dalam lembaran fakta baru yang mengkaji siklus air (hidrologi).

sumber : http://earthobservatory.nasa.gov/IOTD/view.php?id=46301

Salam 'perubahan',

Aji PP

Perubahan Iklim, hanya anomali atau terjadi kah?

Perubahan Iklim, hanya anomali atau terjadi kah?

Hari ini fulan kembali mempertanyakan mengenai fenomena alam yang sekarang ini sedang dialami oleh IKLIM. Para ahli menyebutnya Perubahan Iklim atau Climate Change, ada pula yang mengatakan Pemanasan Global atau Global Warming.

Ada yang bilang dampaknya ialah adanya 'perubahan', misalnya kenaikan muka air laut.

Rasa penasarannya pun membawa dia ke dunia maya dan bertemu dengan Jason-1 dan Jason-2 di lokasinya http://sealevel.jpl.nasa.gov/. Berikut hasil pengukuran yang dilakukan oleh kedua Jason dari tanggal 28 November 2010 hingga 8 desember 2010 dan divisualisasi sebagai sea surface height anomaly. di bawah ini:

Sea Surface Height Anomaly: Jason-1 and Jason-2 Measurements from 28-Nov-2010 to 08-Dec-2010

Peta ini menunjukkan hampir real-time (Near Real Time) tinggi permukaan laut anomali (Sea Surfece Height Anomay - SSHA) pengukuran dari misi satelit altimeter Jason-1 danJason-2. Setiap peta dihasilkan dari 10-hari pengukuran SSHA. Pengukuran dari misi NRT SSHA pengukuran ini biasanya tersedia dalam waktu 5 sampai 7 jam waktu nyata (real time). Pengukuran ini dapat digunakan untuk aplikasi meteorologi (misalnya cuaca), operasi laut (penangkapan ikan yaitu, berperahu, operasi lepas pantai), dan aplikasi lain di mana pengetahuan tentang kondisi arus laut berkaitan dengannya.


tertarik melihat 'perubahan' yang berupa kenaikan muka air laut berdasarkan data satelit dan data lapangan, silahkan kunjungi: http://climate.nasa.gov/keyIndicators/index.cfm#SeaLevel

Selain dari kenaikan muka air laut, 'perubahan' penduduk juga memaksa bumi menjadi semakin panas dan memanas ketika lahan atau area terbuka hijau perlahan berkurang dan berkurang perlahan-lahan. Hal tersebut disebut-sebut sebagai efek dari urbanisasi yang terjadi di Kota-Kota Besar, salah satunya di Indonesia ialah JAKARTA.

Lihatlah potret Ibukota Indonesia tercinta yakni JAKARTA dalam pigura citra satelit penginderaan jauh (Landsat MSS, Landsat TM dan ASTER) berikut:

Warna biru-hijau merupakan area kekotaan (urban), sedangkan warna merah ialah vegetasi. Sebelah kiri Landsat MSS rekaman tahun 1976 dengan jumlah penduduk sekitar 6juta, di tengah tahun 1989 direkam oleh Landsat TM dengan penduduk yang menghuni Jakarta sekitar 9juta, dan di sebelah kanan ialah citra ASTER rekaman tahun 2004 dengan penduduk sekitar 13juta.


Salam 'perubahan',

Aji PP

Sunday, December 5, 2010

Hujan Terus Menerus di Jogja _ daily rainfall in Jogja

Hujan Terus Menerus di Jogja _ daily rainfall in Jogja

Fenomena hujan sehari-hari yang melanda Jogja bahkan Indonesia secara keseluruhan juga diamati oleh citra satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) NASA.
The Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) is a joint mission between NASA and the Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) designed to monitor and study tropical rainfall.

Badai Atlantik 2010 dibandingkan dengan Badai Atlantik 2005 sebagai top story pada saat kunjungan hari ini (6 Desember 2010) seperti tampak pada Gambar 1 di bawah ini.

  TOP STORY TITLE
26 November 2010
Gambar 1. 2010 ATLANTIC HURRICANE SEASON COMPARED TO 2005


Kembali mencari bagaimana kondisi hujan di Jogja dari TRMM. Kemudian didapatlah http://trmm.gsfc.nasa.gov/affinity/download_kmz.html. Dimana kita dapat mendownload dan mengoverlaykannya dengan Google Earth untuk mendapatkan gambaran kondisi hujan pada area yang kita kehendaki.

berikut tampilan dari data TRMM untuk REALTIME 30 Day Average Rainfall and 30 Day Anomalous Rainfall untuk Yogyakarta dengan data kmz yang diunduh dari

http://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events/30_day_average.kml dan

http://trmm.gsfc.nasa.gov/trmm_rain/Events 30_day_anomaly.kml dilanjut dengan membukanya di Google Earth (posisi online).


Gambar 2. Anomali Hujan 30 hari di Yogyakarta berdasarkan TRMM

Gambar 3. Rerata Hujan 30 hari di Yogyakarta berdasarkan TRMM

Hujan pun belum juga berhenti, saat bingung mau nulis apa lagi :p
Apabila saudara tertarik untuk melihat sendiri di layar monitor/laptop, silahkan unduh di http://trmm.gsfc.nasa.gov/affinity/download_kmz.html dan bukalah di Google Earth (posisi online).

Salam,
Aji PP

Tuesday, November 30, 2010

Panasnya permukaan bumi ?

Panasnya permukaan bumi ?

Fulan tiba-tiba mengeluarkan sebuah hipotesa bahwa adanya kaitan antara situasi dunia yang 'memanas' dengan kondisi permukaan bumi yang memang kian memanas.


98.4251968503937%
February 2000September 2010

Land Surface Temperature
















Skip to beginning
Step back one
Play
Step forward one
Skip to end

Download a Quicktime animation of this dataset (4 MB)

View, download, or analyze more of these data from NASA Earth Observations (NEO):
Land Surface Temperature

Land surface temperature is how hot the “surface” of the Earth would feel to the touch in a particular location. From a satellite’s point of view, the “surface” is whatever it sees when it looks through the atmosphere to the ground. It could be snow and ice, the grass on a lawn, the roof of a building, or the leaves in the canopy of a forest. Thus, land surface temperature is not the same as the air temperature that is included in the daily weather report.

Untuk melihat lebih detil simulasi terkait Land Surface Temperature yang terekam oleh citra satelit MODIS silahkan akses Earth Observatory milik NASA .

Kemudian kita fokuskan pada beberapa Negara yang sedang bergejolak baik alam maupun manusianya. Lakukanlah analisa mendalam pada tiap bulannya dan komparasi dengan pemberitaan yang ada di dunia maya maupun dunia pertelevisian ataukah media cetak dan bukan media hiburan semata.

Lihatlah bahwa pemanasan global terjadi terhadap permukaan bumi dan juga permukaan tubuh manusia :) ... hipotesa yang belum bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Terimakasih atas kesediaanya membaca...
Bagi para blog walker, follower, reader, etc...mari berjalan-jalan bersama-sama...for better Indonesia... MERDEKA !!!


Salam,
^app^

-end-


"Don’t be silent, do something and smile for Planet of Earth”
by Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing“
http://ajiputrap.blogspot.com/

Dancing in A Globalized, Dancing with Love and Peace for Our Planet of Earth”
by My Little Sister


Salam Hangat,

Mencoba berpikir sederhana untuk memecahkan kerumitan dari sebuah problematika.

Aji Putra Perdana
"....................."
http://ajiputrap.blogspot.com/
http://geospatialvision.blogspot.com/
http://bumiwisata.blogspot.com/
http://gisresetutor.blogspot.com/
diganti dengan http://geospatialinfo.blogspot.com/
http://ajiputrap.wordpress.com/

Monday, September 20, 2010

Aku Cinta IbuKota, Aku Datangi IbuKota, Aku Ambleskan IbuKota ?

Aku Cinta IbuKota, Aku Datangi IbuKota, Aku Ambleskan IbuKota ?

Sepucuk surat ditujukan kepada Aku Sang Pencinta, Aku Si Pendatang, Aku lah Fulan dan Fulana. Ketika demikian hebohnya isu terkait pemindahan IbuKota, kepadatan IbuKota, operasi yustisi di IbuKota, para pendatang pasca-lebaran ke IbuKota, hingga kini mencuat Amblesnya IbuKota.

Isu pemindahan IbuKota, dinilai Jakarta terlalu sumpek yang berawal dari macetnya IbuKota, hingga problematika cost of poverty, dimana orang miskin membayar lebih mahal. Kurang lebih demikian salah isi yang diungkapkan Ahli di situs berita online. Kemudian segeralah para Ahli, komentator, peneliti, politikus, hingga masyarakat awam pun seperti fulan dan fulana ikut-ikutan berdiskusi layaknya para petinggi yang duduk di kursi.

Fulan :"Adakah IbuKota dimana dia tidak menjadi pusat keramaian dan daya tarik bagi warganya? Jangan salahkan saya yang datang ke IbuKota dan mengadu-nasib, membanting-tulang, memeras-keringat. Kalau boleh dibilang, saya juga memakmurkan IbuKota. Saya cinta IbuKota. Coba salahkan yang lain saja..."

Fulana :"Siapa yang mau kita salahkan? Pemerintah???Pemerintah??? Ataukah para pendiri gedung-gedung pencakar langit, yang telah membuat langit dan tanah murka sehingga hujan terus mengguyur IbuKota dan tanah merasa terbebani hingga tiap centimeter dia mesti ambles? Bukankah lebih baik kita berlomba-lomba dalam kebaikan daripada berlomba-lomba mencari permasalahan dan mencari akar yang tak kunjung ketemu juga. Marilah kita serahkan pada para Ahli, Ilmuwan, Peneliti dalam merumuskan permasalahan yang terjadi. Tapi ingat, kita juga jangan hanya duduk manis semanis gula jawa ditambah madu. Mari rapatkan bariskan dan luruskan untuk segera melangkah membangun IbuKota yang lebih baik. "

Fulan :"Caranya bagaimana? Tak usah lah engkau terlalu teoritis dan berkata manis, apa wujud nyata yang bisa kita wujudkan bersama?"

Fulana :"Iya betul, memang bicara itu juga ada tingkatannya. Ada tingkat pembicaraan di kalangan atas dimana bermuara pada adanya Kebijakan, hingga pembicaraan di level paling bawah atau sering dikatakan bahwa "kita mesti membumi". Walaupun pada kenyataannya kita sudah berada di bumi dan menginjak-injak bumi semau gue. Walhasil diperlukan adanya titik temu atau jalan tengah, bukan di tengah jalan karena jika di tengah jalan maka yang timbul adalah kemacetan dan keruwetan. "

Fulan:"Sudahlah, engkau juga terlalu berkelak-kelok dalam berbicara...kira-kira termasuk tingkat yang mana ya?hehe...cuma bercanda fulana...tak usah kau engkau masukkan ke dalam hati sanubari. Coba engkau cermati pemberitaan sekarang ini terkait IbuKota, maka di situ disebutkan "AMBLAS" yang didengungkan oleh para penulis di media massa baik cetak maupun online. Padahal menurut kamus bahasa, AMBLAS dan AMBLES itu berbeda. Coba liat blog AMBLAS itu beda dari AMBLES apalagi AMBLEG. Apa pendapatmu duhai fulana?"

Fulana :"Wach, sayang sekali aku tak punya kamus. Mungkin itu tak perlu kita perbesar, yang penting ialah pokok permasalahannya. Bahwa IbuKota yang Aku Cintai, Aku Datangi, ternyata Aku Amblesi juga :). Kalau fulan rajin googling, maka bahasan terkait Amblesan Jakarta sudah banyak, contohnya: Karakteristik Subsidence Jakarta antara Tahun 1997-2005 berdasarkan estimasi dengan GPS, Monitoring Land Subsidence menggunakan Levelling, Survey GPS dan teknik InSar oleh Pak Hasanuddin Abidin dan kawan-kawan. Serta penelitian-penelitian lainnya yang terkait amblesan."

Fulan : "Bolehlah aku tanya, subsidence kuwi opo? amblesan yaw? dimana lokasi yang Ambles di IbuKota dan sedang gencar-gencarnya diberitakan AMBLAS?Uppss Ambles?"

Fulana :" OK lah kalo beg begitu, kita browsing di maps.google.com dan search ke Jakarta, lalu search Jl. RE Martadinata. Maka akan bertemulah dengan jalan tersebut. Kalau lokasi-lokasi amblesan lainnya yang terjadi di papernya pak Abidin mungkin ada. Maklum aku juga belum baca...hehe"




View Larger Map


Sekian percakapan antara fulan dan fulana. Tiada maksud apapun dari percakapan yang seenaknya sendiri. Hanyalah sekedar obrolan ringan, seringan kapas yang melayang seiring angin yang berhembus dengan kecepatan tak menentu dan berhenti seketika angin hilang dari angan.
Fulan dan Fulana hanyalah tokoh imajinasi si penulis yang datang ketika dan menghampiri serta berkeinginan untuk hadir di blog post kali ini.
Sekedar mengusir kejenuhan sejenak akan berbagai pemberitaan yang naik turun tak menentu layaknya hujan yang turun sewaktu-waktu.

Teringat postingan seorang kawan membahas MONAS yang tegak, jadi teringat http://ajiputrap.blogspot.com/2009/08/merdeka.html
Gambar. Ilustrasi si fulan yang datang ke Jakarta karena Siapa yang menyuruhnya.
(siapa suruh datan Jakarta, siapa suruh datang Jakarta...nananana..bersenandung lagu)



*Maaf tulisan kali ini tidak memuat unsur yang menarik dibaca terkait pembelajaran geospasial, (*sok sedikit menyerempet) tidak ada maksud dan tujuan apapun, namun yang pasti tulisan kali ini ialah suatu upaya untuk membangkitkan gairah si penulis sendiri untuk bisa menulis ilmiah nantinya.

Terimakasih atas kesediaanya membaca...
Bagi para blog walker, follower, reader, etc...mari berjalan-jalan bersama-sama...for better Indonesia... MERDEKA !!!

Salam,
^app^

-end-


"Don’t be silent, do something and smile for Planet of Earth”
by Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing“
http://ajiputrap.blogspot.com/

Dancing in A Globalized, Dancing with Love and Peace for Our Planet of Earth”
by My Little Sister


Salam Hangat,

Mencoba berpikir sederhana untuk memecahkan kerumitan dari sebuah problematika.

Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing"
http://ajiputrap.blogspot.com/
http://geospatialvision.blogspot.com/
http://bumiwisata.blogspot.com/
http://gisresetutor.blogspot.com/ diganti dengan http://geospatialinfo.blogspot.com/
http://ajiputrap.wordpress.com/

Wednesday, May 5, 2010

Peta sebagai Tools dalam Komunikasi

Peta sebagai Tools dalam Komunikasi

Peta kian hari kian di kenal dari anak-anak hingga orang dewasa, tidak lagi hanya milik segelintir orang semata yang berkecimpung dalam dunia militer, survey, perencana, peneliti, maupun mahasiswa. Peta ialah gambaran fenomena yang terjadi di permukaan bumi, di atasnya, di dalamnya dan sebagainya yang ddigambarkan dalam penyederhanaan, ada unsur generalisasi dalam menampilkannya dan diskalakan dituangkan dalam sebidang datar (definisi lepas).

Mengenal peta sewaktu dia masih buta, demikian ujar thole. Maksudnya disini ialah dulu sewaktu jamannya dia duduk di bangku sekolah dasar diperkenalkanlah Peta Buta SeDunia, Indonesia dan lain sebagainya. Sang Guru pun bertanya coba tunjukkan dimana letak Pulau Sulawesi? Pernah pula diminta oleh sang Guru untuk menggambarkan Pulau-pula di Indonesia. Ah..susahnya tugas waktu itu???Tapi kini thole menyadari bahwa Peta itu Penting, buktinya nenek moyang kita yang konon seorang Pelaut telah mengarung luas samudera, menerjang ombak tiada takut ke laut biru sudah biasa, membaca Peta juga sudah biasa. Menguasai peta maka kita menguasai dunia, itu dulu...Uppsss sekarang masih tergantung sejauh mana kita memanfaatkan Peta secara optimal untuk keberlanjutan dunia agar masih tetap hijau royo-royo, tidak merah memanas akibat global warming. Peta sebagai Tools demikian yang coba diangkat thole dalam kisah perjalanan geospasialnya kali ini (*maklum senengane mekso-sukanya maksa, jadi nya judulnya dipas-paskan terus).

Di tengah perjalanan ruang dan waktu yang dilaluinya kini, thole memberanikan diri untuk menyimpulkan bahwa kini..."Semua Bicara Tentang PETA". Demikian cuplikan yang sempat di lontarkan thole via pacebok. Ungkapan lain yang kerap didengarnya ialah PETA sebagai Tools...ah apa itu Tools? Tools itu alat jadi peta sebagai alat dalam komunikasi, alat dalam merepresentasikan isu-isu permasalahan yang muncul, fenomena kehidupan baik sosial, ekonomi, budaya, teknologi yang ada di lingkungan sekitarnya. Semua disajikan dalam bentuk Peta, lepas dari diskalakan atau tidak, lepas dari kaidah kartografis, tapi tidak lepas dari unsur keindahan demikian ucap si fulan pada thole. Ah, thole sempat mencoba berontak kala ada si asep (*tokoh khayalan saja) membuat peta penuh warna-warni dan ketika ditanya oleh thole, kenapa koq blok bangunannya berwarna-warni?apakah melambangkan sesuatu?, si asep pun bilang; tadi katanya peta itu dibuat seindah mungkin jadinya ya asep kasih warna biru,merah,kuning dan sebagainya. Thole pun berucap, mari kita telaah ikon-ikon yang saudara buat, apakah setiap goresan untuk ikon tersebut tanpa arti?Apakah semua orang bisa membaca secara seketika peta yang asep buat?bukankah itu hanya akan menimbulkan tanda tanya dari kehadiran warna-warni tersebut? Coba mengingat kembali bahwa Peta sebagai media atau tools dalam komunikasi, tentunya tujuan akhir kita ialah user bukan kita sebagai tukang gambar.

Lihatlah sang pelukis malam itu disana, dia terduduk dan melukis lekuk tubuh manusia dengan begiturupanya dalam beraneka ragam busana. Coba kamu tanya ke dia, adakah makna di tiap coretan cat oleh kuas pada kanvas yang dia torehkan?Dia memang tidak memerlukan legenda karena itu bukanlah peta, tapi lihatlah bahwa tiap warna yang dia torehkan ialah untuk menyampaikan atau bahkan membisikkan apa yang hendak dia sampaikan kepada sang penikmat lukisan tersebut.

Menyampaikan informasi, data ke dalam sebuah visualisasi mempermudah mata kita menangkap dan mengingat untuk kemudian bersikap atas apa yang kita baca dari sebuah PETA. PETA sekiranya bukanlah menjadi pajangan semata, celetuk cakep pada thole yang sedang asyiknya membela Esensi PETA di hadapan si asep. Betul, mas cakep...Peta membantu ku mengenal dunia, paling tidak itulah yang kurasakan sekarang. Kini aku tidak lagi buta karena aku bisa membaca Peta dan telah terbuka mata hati ini akan indahnya dunia dan kebersamaan umat manusia demi esok yang lebih baik. Hal ini mengingat akan apa yang telah thole lihat bahwa komunitas penggemar PETA kian meningkat dengan berbagai latar belakang keilmuan, pokoknya kini semua berlomba-lomba untuk "memetakan dirinya".

Semua kini bicara PETA, bahkan tokoh DORA pun mengenalkan PETA pada dunia melalui Televisi sebagai ajang komunikasi dan sosialisasi secara tak sadar. Karena alam bawah sadar kita seketika ditanya PETA, langsung ingat..tanyakan pada PETA. PETA membantu kita mencari sesuatu di permukaan bumi ini baik itu berupa nyata maupun abstrak.

Kembali lagi ke topik bahwa PETA sebagai tools dalam komunikasi. PETA digunakan oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, NGO maupun internasional NGO maupun freelance geospasial untuk berbagi informasi mengenai apa yang mereka tangkap dari kajian mereka. Dari yang murni berkaitan dengan kegiatan kebumian, kebencanaan, penyelamatan suatu kawasan, penyelamatan mata air, penyelamatan hewan langka atau satwa liar, hingga kesehatan bahkan untuk musyawarah pembangunan hingga tingkat desa. PETA sebagai tools untuk menjembatani komunikasi pemerintah dengan masyarakat, sehingga adanya sinergisme antara yang di bagian TOP dan bagian BOTTOM.

Seberapa jauh PETA dapat membantu dalam komunikasi? Jawab thole : TERGANTUNG, sejauh mana kita memanfaatkan atau melakukan optimalisasi dengan PETA terkait kajian ataupun proyek yang dilakukan. Pokoke selama isih nang bumi, informasi geosfer iso dipetake, sing gaweane metani jenenge PETA-kilan (*uuppps kata seorang kawan di pacebok).

Apapun ide kita, komunikasikan dengan SEMPURNA. Janganlah menunda menyampaikan kebaikan tapi tergesa-gesa dalam menyampaikan keburukan.

Apapun tulisan di atas adalah tulisan yang tidak bisa dibaca seketika tetapi mesti ditelaah mendalam sambil minum teh atau kopi dan makan snack ringan di sore hari.

Salam imajinasi...
Sekian celoteh hari ini..ini bukanlah tulisan spasial bukan pula tulisan ilmiah namun hanya selingan informasi ala putra bumi.



Salam Hormat,

Aji Putra Perdana
Life is too short...Learn to more Ikhlas in my life...

* ini bukan tulisan geospasial, tapi renungan berfikir dan ajakan
geospatial sharing dan training ala thole cakep tanpa maksud apapun di dalamnya, semata-mata berbagi kata-kata dan ditujukan untuk keberlangsungan perkembangan dunia geospasial di Indonesia tercinta*


-end-


"Don’t be silent, do something and smile for Planet of Earth”
by Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing“
http://ajiputrap.blogspot.com/

Dancing in A Globalized, Dancing with Love and Peace for Our Planet of Earth”
by My Little Sister


Salam Hangat,

Mencoba berpikir sederhana untuk memecahkan kerumitan dari sebuah problematika.

Aji Putra Perdana
"The Transformer of GIS and Remote Sensing"
http://ajiputrap.blogspot.com/
http://bumiwisata.blogspot.com/
http://gisresetutor.blogspot.com/
http://ajiputrap.wordpress.com/

Wednesday, February 25, 2009

Geospatial Imaging for Climate Change

Geospatial Imaging for Climate Change presented in Plenary Sessions : Geospatial Imaging Technologies and Sustainable Development
Map World Forum 2009 - February 10, 2009 HICC, Hyderabad, India

Dr Shailesh Nayak, Secretary
Ministry of Earth Sciences, Government of India, India

The changes in atmospheric concentration of green house gases and aerosols, in solar radiation and land surface properties have altered the energy balance of the climate system of the earth. The increase in green house gases is primarily due to fossil fuel use, land use changes and agriculture. In order to understand the causes of change and their likely impact, the observation needs to encompass atmosphere (cloud properties, radiative energy fluxes, precipitation, aerosol properties, wind, humidity, temperature, etc), atmospheric chemistry, solar radiation, land (land cover, land use changes, vegetation dynamics, soil moisture, etc), ocean (temperature, salinity, phytoplankton, sea surface wind, sea surface topography) and cryosphere (land ice, sea ice, snow cover). During the last thirty years, host of satellites have provided very useful data on many of the above mentioned parameters. Microwave radiometers and optical multispectral data have provided vital data on changes in ice cover on polar regions and glacier retreat on Himalayas. Altimeters provided data on sea-level-rise and on ocean circulation especially during the last fifteen years. Thermal radiometers provided data on rise of sea surface temperature. The growth and decay of ozone hole over the years has been monitored by satellites. It is necessary to evolve a measurement strategy (overlap, sampling, calibration and data continuity) to improve accuracy and scientific content for future satellites.